Cara Nabi menasehati orang lain

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang maha pengasih lagi maha penyayang yang menguasai Hari pembalasan. Dialah Allah rab orang-orang terdahulu dan orang-orang terakhir dialah Rab yang menciptakan langit dan bumi. Shalawat dan salam Semoga senantiasa tercurah untuk Nabi nya yang terpercaya yang mengajak seluruh makhluk yang diutus sebagai rahmat untuk seluruh alam.
Berikut ini akan dijelaskan Bagaimana cara Nabi dalam menasehati orang lain.
Sebagaimana kita ketahui bahwa cucunya Rasulullah Shallallahu salam Hasan dan Husein pernah menemukan orang tua yang melakukan kesalahan dalam berwudhu. Hasan dan Husein mengetahui hal tersebut akan tetapi mereka mencari cara bagaimana supaya kakek yang mengambil air wudhu tadi tidak sakit hati dengan teguran mereka berdua. maka mereka berdua mencari cara dengan, Hasan dan Husein mempunyai ide katakan kepada kakek itu. Kakek kami berdua tidak tahu cara mengambil wuduk Bagaimana yang benar sesuai sunnah Rasulullah Shallallahu salam,? Kami lagi belajar coba Kakek perhatikan siapa Diantara kami berdua yang lebih sesuai dengan sunnah Rasulullah shalla sallam. Lalu kakek tersebut pun memperhatikan mereka berdua, melihat rukun dan syarat yang dikerjakan mereka Maka Hasan dan Husein bertanya siapa di antara kami yang lebih sesuai dengan sunnah Rasulullah dalam berwudhu?
Maka kasih tersebut pun tersadar dan menjawab kalian berdua setelah benar dalam berwudhu saya lah Yang kurang sesuai dengan sunnah Rasulullah shalla sallam. Begitu indahnya cara menegur tanpa menyinggung yang dilakukan oleh cucunya Rosulullah.
Adapun cara rasul dalam menasehati orang lain yaitu dengan

1. Memahami bahwa berbuat salah adalah tabiat manusia.

Hal ini sesuai dengan Sunnah Rasul yang berbunyi setiap Bani Adam berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang segera bertaubat.  (diriwayatkan oleh Tirmidzi).
Semua manusia memang bersalah akan tetapi tidak mungkin kita biarkan berbuat kesalahan itu tetap pada keadaannya.

2. Dalam menuduh orang lain bersalah hendaklah berdasar pada dalil syar'i

Dengan disertai bukti fakta dilapangan bukan lantaran  ketidaktahuan atau hal-hal yang berubah ubah.

3. jika Kesalahan tersebut lebih besar maka kepedulian untuk mengoreksi kesalahan tersebut harus lebih besar lagi.

 Sebagai contoh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam lebih memperhatikan kesalahan terhadap akidah. Nanti tidak tersinggung dengan hak-haknya sendiri akan tetapi apabila haknya menyangkut dengan Allah subhanahu wa ta'ala hukumnya Allah diremehkan maka tidak ada seorangpun yang lebih marah daripada beliau.

4. Mempertimbangkan kesalahan orang yang dikoreksi.

Artinya membedakan antara orang yang berbuat kesalahan Apakah dia anak kecil orang besar bangsawan dan memilih jawaban-jawaban yang tepat untuk mereka.

5. Membedakan antara orang yang berbuat salah karena bodoh dengan orang yang berbuat salah dengan sengaja.

Muawiyah bin ahkam menceritakan suatu ketika aku shalat bersama Rasulullah shalla Sallam tiba-tiba ada seorang laki-laki dari suatu kaum yang bersin maka akupun berucap Yarhakumullah ( Semoga Allah merahmati kamu) maka orang-orang pun memandangi aku aku berucap Adakah yang salah? ada apa dengan kalian? Mengapa kalian memandangiku seperti itu mendengar pertanyaan seperti itu Mereka tampak geregetan mereka memukulkan tangan mereka ke paha paha mereka. aku sendiri ketika melihat kearah mereka Maka mereka memberikan isyarat agar aku diam. Tapi saat itu aku sendiri Memang memutuskan untuk diam dan ketika Rasulullah SAW dalam mengerjakan shalat maka demi ayah dan ibuku Aku bersumpah sungguh aku belum pernah melihat seorang guru sebelum dan sesudahnya yang lebih bagus dalam memberikan pengajaran melebihi Rasulullah shalla Sallam. demi Allah Rasulullah tidak membentak dan berpaling wajah pada aku tidak juga beliau memukulku dan mencela kok melainkan beliau bersabda ini adalah shalat maka kita patut (layak)  pada suatu perkataan manusia apapun didalamnya kecuali tasbih takbir dan bacaan Alquran (Shahih Muslim).

6. Bersikap adil dan tidak nepotisme dalam memberikan peringatan terhadap kesalahan

Hal ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam surah al-an'am ayat 152 yang berbunyi dan apabila kamu berkata maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabatmu dan penuhilah janji Allah yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.

7. Membantu orang yang bersalah memperbaiki kesalahannya.

Demikian postingan kali ini Lebih dan kurang mohon maaf.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syarat-syarat al-Jarh dan al-Ta’dil

Tafsir bi al-ra`yi al-madzmum,

mimpi Habib Umar bin hafidz, pertanda apa?