Dalil Disyariatkan al-Jarh wa al-Ta’dil

A.    Dalil Disyariatkan al-Jarh wa al-Ta’dil
Dalil yang menjadi disyariatkannya al-jarh wa al-ta’dil adalah firman Allah yang terdapat dalam surat al-Hujarat ayat 6:
 يأ يها الذ ين امنوا ان جاء كم فا سق بنبا فتبينوا ان تصيبوا قوما بجها لة فتصبحوا على ما فعلتم ند مين.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.[1]
                        Selain itu juga surah al Baqarah ayat 282:
وا ستشهد وا شهيد ين من رجا لكم فا ن لم يكو نا رجلين فرجل وامرا تن ممن تر ضو ن من الشهدﺁء ان تضل ا حدا هما فتذ كرا حدا هما الاخرى ولا يأب الشهدء اذا ماد عوا.
Artinya: ”Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (diantaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa, maka seorang lagi mengingatkannya”.[2]
                        Yang dimaksud saksi yang diridhai adalah orang yang kita ridhai agama dan kejujurannya. Pengutipan dan periwayatan hadits tidak kurang dari kesaksian itu, yang berarti hadits tidak diterima kecuali dari orang-orang yang tsiqah.
                        Berkenaan dengan al-jarh, Rasulullah saw. besabda:
بئس أ خوالعشيرة.
            Artinya: “Seburuk-buruk saudara adalah dia”.
Dan yang berkenaan dengan ta’dil, beliau bersabda:
نعم عبد الله خالد ابن الوليد سيف من سيوف الله.
Artinya: ”Sebaik-baik hamba Allah adalah Khalid Ibn al-Walid, sebilah pedang dari pedang-pedang Allah”.[3]




[1] Depag. RI., Alquran dan Terjemahannya (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Alquran Depag. Ri., 1984/1985), h. 846.
[2] Ibid., h. 70.
[3] Muhammmad ‘Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadis …., h. 234-235. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syarat-syarat al-Jarh dan al-Ta’dil

Tafsir bi al-ra`yi al-madzmum,

mimpi Habib Umar bin hafidz, pertanda apa?