Cara bertaubat menurut Ibnul qoyyim rahimahullah
Mengenai hakikat taubat, Ibnul Qayyim Rahimahullah memberikan defenisi yang tepat serta menolak
anggapan sebagian orang yang tidak memahami hakikat taubat yang sebenarnya. Ibnul Qayyim berkata, "Sebagian besar orang menafsiri taubat sebagai kebulatan tekad untuk tidak kembali
melakukan dosa, mencabut dosa seketika itu juga, menyesali perbuatannya yang lampau. Padahal jika taubat itu ada kaitannya dengan hak orang lain, maka harus terpenuhi syarat yang keempat, yaitu meminta halal (dimaaflan) kepada orang tersebut." Inilah yang oleh para ulama dinamakan sebagai taubat. Bahkan, inilah yang menjadi syarat-syarat taubat. Jika tidak, maka taubat sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah dan hadits Rasulullah juga mencakup keinginan kuat untuk melakukan perkara-perkara yang diperintahkan. Jadi, taubat bukan sekedar menyudahi perbuatan dosa dan menyesali kesalahan. Akan tetapi harus ada kemauan kuat untuk melakukan perkara-perkara yang diperintahkan dan benar- benar melakukannya. Inilah hakikat taubat yang sebenarnya. Taubat merupakan nama dari kumpulan dua hal. Akan tetapi jika dibarengi dengan melakukan perkara-perkara yang diperintahkan, maka sudah sesuai dengan pendapat para
anggapan sebagian orang yang tidak memahami hakikat taubat yang sebenarnya. Ibnul Qayyim berkata, "Sebagian besar orang menafsiri taubat sebagai kebulatan tekad untuk tidak kembali
melakukan dosa, mencabut dosa seketika itu juga, menyesali perbuatannya yang lampau. Padahal jika taubat itu ada kaitannya dengan hak orang lain, maka harus terpenuhi syarat yang keempat, yaitu meminta halal (dimaaflan) kepada orang tersebut." Inilah yang oleh para ulama dinamakan sebagai taubat. Bahkan, inilah yang menjadi syarat-syarat taubat. Jika tidak, maka taubat sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah dan hadits Rasulullah juga mencakup keinginan kuat untuk melakukan perkara-perkara yang diperintahkan. Jadi, taubat bukan sekedar menyudahi perbuatan dosa dan menyesali kesalahan. Akan tetapi harus ada kemauan kuat untuk melakukan perkara-perkara yang diperintahkan dan benar- benar melakukannya. Inilah hakikat taubat yang sebenarnya. Taubat merupakan nama dari kumpulan dua hal. Akan tetapi jika dibarengi dengan melakukan perkara-perkara yang diperintahkan, maka sudah sesuai dengan pendapat para
ulama. Jika disendirikan, maka mengandung dua hal sebagaimana lafazh takwa yang mencakup makna melakukan perkara-perkara yang diperintahkan dan meninggalkan perkara-perkara yang dilarang Allah. Jika dibarengkan dengan melakukan perkara-perkara yang diperintahkan, secara otomatis menuntut untuk meninggalkan perkara-perkara yang dilarang. Sesungguhnya hakikat taubat adalah kembali kepada Allah dengan senantiasa melakukan perbuatan yang wajib dan meninggalkan perbuatan yang dilarang. Jadi taubat adalah kembali kepada Allah dari perbuatan yang dimurkai Allah menuju perbuatan yang dicintai Allah. Kembali kepada melakukan perbuatan yang dicintai Allah adalah salah satu bagian taubat. Sedangkan kembali dengan meninggalkan perbuatan yang dibenci Allah adalah bagian yang Iainnya. Oleh karenanya Allah mengaitkan keberuntungan yang mutlak dengan mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. ' (An-Nür: 31)
Jadi "Taubat" adalah kembali dari perbuatan yang dibenci Allah menuju perbuatan yang dicintai-Nya, secara dzahir dan bathin. Masuk di dalam nama taubat adalah Islam, iman, ihsan dan mencakup segala macam derajat. Oleh karenanya taubat adalah perilaku puncak seorang muslim, permulaan dan penghujungnya. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Taubat adalah tujuan akhir yang karenanya makhluk diciptakan. Sedangkan perintah agama dan ketauhidan adalah salah satu bagian dari taubat. Bahkan, merupakan bagian yang paling besar pembangun taubat.
Dalam hadits yang lain Rasulullah berdoa, "Ya Allah ampunilah seluruh dosa-dosaku, sekecil-kecilnya dan sebanyak- banyaknya. kelalaiannya, kesengajaannya, samarnya, yang jelasnya, pada masanya dan pada akhirnya. " Taubat atas segala hal secara menyeluruh dan umum supaya seorang hamba bertaubat atas semuakesalahan yang diketahuinya dan yang tidak diketahui, kecuali oleh Allah semata dan dilupakan oleh hamba tersebut.
Komentar
Posting Komentar