Pro dan Kontra Seputar Tafsir Bi al-Ra`yi

Pro dan Kontra Seputar Tafsir Bi al-Ra`yi

Semenjak awal perumbuhannya corak tafs³r bi al-ra`yi ini telah banyak mengundag perdebatan di kalangan ulama mengenai kedudukannya, ada yang melarang dan ada pula yang membolehkannya dengan mengajukan argumen yang berbeda.
1. Kelompok yang membolehkan, mengajukan argumen sebagai berikut:
Ø Firman Allah dalam surat Shad ayat 29:
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.
Ayat jelas mengajak manusia untuk mengunakan potensi akalnya agar mau memikirkan apa-apa yang telah diciptakan oleh Allah
Ø Doa Rasulullah untuk Ibnu Abbas:
اللهم فقهه قى الدين و علمه التأويلا
Ya Allah Pahamkanlah dirinya tentang masalah agama dan ajarilah ia cara bertakwil
Doa tersebut menyiratkan besarnya harapan Rasulullah agar Ibnu Abbas memiliki kemampuan berijtih±d dalam memahami al-quran.
Ø Suatu riwayat yang menyatakan bahwa para sahabat telah melakukan penafsiran terhadap al-quran, serta ikut serta dalam memberikan penjelasan-penjalasan terhadap ayat-ayat yang bukan berasal dari Rasulullah. Dari atsar ini terlihat bahwa Rasulullah membiarkan para sahabat memberikan pendapat/ijtih±d.[1]






2. Kelompok yang tidak membolehkan tafs³r bi al-ra`yi, mengemukakan argumentasi sebagai berikut:[2]


Ø Tafs³r bi al-ra`yu adalah membuat penafsiran al-quran dengan tidak bedasarkan ilmu. Karena itu tidak dibenarkan sesuai dengan firman Allah dalam surat al-baqarah ayat 169:


Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.






Ø Sebuah hadis tentang ancaman terhadap orang menafsirkan dengan ra`yu, yaitu sabda Rasulullah: “Berhati-hatilah dalam mengambil haditsku, kecuali kamu telah benar-benar telah mengetahuinya, siapa yang menduskanya secara sengaja maka bersedialah ia bertempat di neraka, dan barang siapa menafsirkan al-quran menurut pendapatnya, maka hendaklah ia bersedia menempatkan diri di neraka pula. (H.R.Turmudzy)


Ø Para sahabat dan tabi`in merasa berdosa bila menafsirkan al-quran dengan ra`yunya sehingga abu bakar sidiq mengatakan: “Langit manakah yang akan menaungiku, dan bumi manakah yang akan melindungiku ? Bila aku tafs³rkan al-quran menurut ra`yuku atau aku katakan tentangnya sedang aku sendiri belum mengetahui betul.


Melihat argumen yang ada sebenarnya kedua pihak sama-sama memilki kekhawatiran, kubu pertama mengkhawatirkan bahwa perkembangan tafs³r akan mandeg bila ijtih±d itu tidak diperbolehkan pada hal al-quran dan hadis sangat mendukung hal tersebut, sedangkan kubu kedua mengkhawatirkan terjadinya penyelewangan terhadap penafsiran al-quran bila ijtih±d dipergunakan. Ibnu Taimiyah termasuk ulama yang tidak membenarkan corak penafsiran ini sedangkan Imam al-Ghazali, Raghib al-Ashfahany, dan Imam al-Qurthuby membolehkannya.


Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kadang seorang mufassir bi al-ra`yi terlalu dalam memberika penafsiran sehingga menimbulkan kekeliruan, hal ini sering terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut:


a. Subjektivitas mufassir


b. Kekeliruan dalam menerapkan metode atau kaidah


c. Kedangkalan dalam ilmu-ilmu alat


d. Kedangkalan pengetahuan tentang materi uraian (pembicaraan) ayat.


e. Tidak memperhatikan konteks, baik asbab al nuzul, hubungan antar ayat, maupunkondisi soal masyarakat.


f. Tidak memperhatikan siapa pembicara dan terhadap siapa pembicara ditujukan.[3]


Namun bila mau diteliti lebih jauh sebenarnya ada dua faktor penting yang menyebabkan terjadi kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam tafs³r bi al-ra`yi:


1. Mufassir yang bersangkutan menyakini kebenaran salah satu diantara banyak makna yang ada, kemudian menggunakan makna tersebut untuk menerangkan berbagai lafal al-quran.


2. Mufassir yang bersangkutan berusaha menafsirkan al-quran bedasarkan makna yang dimengerti oleh penutur bahasa arab semata-mata, tanpa memperhatikan siapa yang berbicara dengan (menggunakan) al-quran itu, kepada siapa diturunkannya al-quran itu dan siapa pula yang di bicarakan oleh al-quran.[4]


Oleh karena itu kekeliruan yang terjadi pada tafs³r bi la-ra`yi ini sering terjadi karena kealfaan dari mufassir sendiri yang beranggapan bahwa kemampuan nalar yang baik dapat dijadikan sebagi satu-satunya acuan dalam memberikan tafs³ran. Mungkin bila mereka memperhatikan acuan-acuan pendukung, kekeliruan dalm tafs³r bi al-ra`yi ini bisa dihindari.


Kitab-kitab tafs³r dibawah ini dikategorikan sebagai kitab bi al-ra`yi, karena dibuat oleh mufassir yang didalam membahas kitab tafs³r tersebut penggunaan ra`yunya lebih dominan dibandingkan tafs³r bil ma’tsurnya.[5]


Berikut ini dipaparkan daftar kitab-kitab tafs³r bi al-ra`yi yang termasyur, yang di kemukakan oleh M. Aly As-Shabuny, beserta uraian ringkas mengenai isinya:[6]








NO






Nama Kitab


Nama Pengarang


Tahun Wafat


Nama Populer



1


Mafatih al-Ghaib


Muhammad bin Umar bin Husain al-Rozy


606 H


Tafs³r al-Razy



2


Anwar at-Tanzil wa Asroru at-Ta`wil


Abdullah bin Umar al-Baidhawi


685 H


Tafs³r al-Baidhawi







3 Lubab at-Ta`wil fi Ma`ani at-Tanzil Abdullah bin Muhammad (Khazin)
741 H


Tafs³r Khazin



4


Madarik at-Tanzil wa Haqoiq at-Ta`wil


Abdullah bin ahmad an-Nasafy


701 H


Tafs³r an-Nasafy



5


Gharaib al-Quran wa Raghaib al-Furqan


Nidhomuddin al-Hasan Muhammad an Naisaburi


728 H


Tafs³r an Naisabury



6


Irsyad al-‘aqli as-Salim


Muhammad bin Muhammad Musthafa at Thathawy


952 H


Tafs³r Abi Sa`ud



7


Al-Bahru al-Muhit


Muhammad bin Yusuf bin Hayyan al-Andalusi


745 H


Tafs³r Abi Hayyan



8


Ruh al-Munir


Syihabuddin Muhammad al-Alusy al-Baghdady


1270 H


Tafs³r al-Alusy



9


As-Siraj al-Munir


M.Asy-Syarbaini al-Khathib


977 H


Tafs³r al-Khathib



10


Tafs³r Jalalain


Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi


864 H dan 911 H


Tafs³r Jalalain







Ø Tafs³r al-Razy, ia memakai cara-cara ulama mutakallimin dalam menafsirkan. Tafs³rnya adalah tafs³r yang luas dalam pembahasan ilmu kalam, dan ia juga membahas tentang falak, buruj, langit bumi, binatang, manusia, dan lain-lain dengan maksud menegakkan argumen atas adanya Allah swt.


Ø Tafs³r al-baidhawiy, tafs³r ini menggunakan metode tafs³r riwayah dan diraayah, serta menguatkan dalil-dalail ahli sunnah, setiap surah selalu ditutup dengan hadis- hadis untuk menunjukkan keutamaan surat tersebut.


Ø Tafs³r Khazin, tafs³r ini juga terkenal sebagai tafs³r bi al ma’tsur hanya saja tidak pernah menyebutkan sanad, redaksinya gampang dan mudah dipahami.


Ø Tafs³r an- Nasafy, tafs ini juga yang paling ringkas dan paling sempurna di banding tafs³r-tafs³r bi al-ra`yi yang lain, mencakup segi i`rab dan qira`at, dan mengandung segala segi keindahan ilmu badi` dan isyarah, tafs³r ini tidaklah panjang.


Ø Tafs³r an Naisaburi, memiliki keistimewaan karena redaksinya mudah dan lafadznya tegas tidak berbelit-belit, sangat memperhatikan dua faktor penting yaitu: pembahasan tentang qira`at dan pembahasan tentang tafs³r isy`ari.


Ø Tafs³r Abi Sa`ud, bentunnya sangat baik dan redaksinya sangat indah, didalamnya dijelaskan rahasia-rahasia balaghah Qur`an dan hikamh-hikmah ketuhanan.


Ø Tafs³r Abi Hayyan, tafs³r dinamakan al-Bahrul Muhit, karena banyak berisi berbagai ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan materi tafs³r.


Ø Tafs³r al Alusy, tafs³r ini memuat beberapa pendapat ulama salaf baik dirayah maupun riwayah, mencakup pendapat-pendapat ilmuan dan mengkompromikan ringkasan-ringkasan tafs³r terdahulu. Tafs³rnya dianggap sebagai sumber tafs³r riwayah, dirayah, dan isyarah yang baik.


Namun dari sekian kitab yang terkenal Dr. Aly Hasan al-‘Aridh hanya mengelompokkan liam kitab saja yang memenuhi kriteria dan syarat-syarat bi al-ra`yi yaitu:[7]


Ø Tafs³r al-Razi : Mafatih al-Ghaibi


Ø Tafs³r al-Baidhawi : Anwar at-Tanzil wa Asroru at-ta’wil


Ø Tafs³r Abi Sa`ud : Irsyad al ‘Aqli as-Salim


Ø Tafs³r an-Nasafy : Madarik at-Tanzil wa Haqoiq at-Ta`wil


Ø Tafs³r Khazin : Lubab at-ta’wil fi Ma’ani at-Tanzil.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syarat-syarat al-Jarh dan al-Ta’dil

Tafsir bi al-ra`yi al-madzmum,

mimpi Habib Umar bin hafidz, pertanda apa?