Perubahan dan perkembangan Agama baru di Dunia
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa ajaran agama bermacam ragam. Perbedaan itu karena pengaruh sejarah, social, budaya, lingkungan masing-masing masyarakat atau komunitas penganut agama. Perubahan dan perkembangan agama aliran kepercayaan, dan cults baru juga disebabkan oleh gerakan-gerakan keagamaan.
Situs Adherents. Com mengungkap data stastik dari berbagai sumber yang diolah dan disempurnakan tanggal 6 September 2002 bahwa agama besar dunia (Major Religions of the World) sebanyak 22 macam. Jumlah 22 macam itu dengan menggabungkan saja kelompok sekular/non-relegius/agnostik/ateis (850 juta), kelompok agama tradisional Cina (225 juta) kelompok agama-agama asli (primal-indigenous, i50 juta), kelompok agama-agama tradisional Afrika (Afrikan Traditional & Diasporic, 95 juta) dan kelompok agama penyembah berhala baru (Neo-Paganism, 1 juta), masing-masing dalam satu nomor. Yang lain dari lima kelompok ini adalah agama Kristen (2 miliar), Islam (1,3 miliar), Hindu (900 juta), Buddha (360 juta), Sikh (23 juta), Juche (19 juta), Spiritualisme (14 juta) Yahudi (14 juta), Baha’i (6 juta), Jainisme (4 juta), Shinto (4 juta), Cao Dai (3 juta), Tenrikyo (2,4 juta), Unitarian-Universalisme (800 ribu), Rastafarianisme (700 ribu), Scientology (600 ribu) dan Zaroater (150 ribu). Agama klasik atau yang biasa dikenal sebagai agama, diungkap sebanyak 12 buah, yaitu Baha’i, Buddha, Kristen, Konfusianisme, Hindu, Islam, Jainisme, Yahudi, Shinto, Sikh, Tao, dan Zoroaster. (Adherents.com).
Terlihat dalam data ini bahwa Kristen yang terbagi atas ratusan macam gereja/agamanya, Katolik, dan gereja ortodok lainnya disatukan saja dalam agama Kristen. Islam juga dengan menggabungkan Ahmadiah. Agama-agama besar dunia pada umumnya terbagi kepada berbagai aliran, sekte dan mazhab.
Gerakan agama melawan datangnya agama dan budaya agama baru atau agama dan budaya penjajah, ada juga yang menjurus kepada penyesuaian. Penyesuain seperti agama kepercayaan asli masyarakat setempat menerima agama baru, tapi masih banyak menganut unsur agama dan budaya asli. Malefijiti mengungkap betapa agama Katolik di Afrika berkembang dengan bercampur baur dengan kepercayaan penduduk asli. Untuk acara keagamaan yang lebih luas, mereka pergi ke gereja Katolik. Akan tetapi di rumah mereka melakukan ritual agama asli mereka. Mengutip dari Sunkler, mengatakan bahwa Afrika Selatan tidak kurang dari 2000 gereja separatis dan sekitar sekian pula gerreja misionaris telah berkembang. Luka di kalangan berkulit hitam karena politik yang dilakukan bangsa kulit putih, memicu dibangunnya gereja baru dengan doktrin dan ritual baru. Dari segi ajaran, agama Katolik dan Kristen tentu tidak membedakan manusia karena warna kulit. Akan tetapi dalam praktek diskriminasi ras juga timbul, walaupun dalam kehidupan beragama. Kepercayaan asli penduduk setempat tidak mudah digusur sedemikian rupa. Ini juga melahirkan perubahan dan penyesuaian dalam agama resmi.
Malefijt mengungkap tiga tipe perubahan agama di Afrika, yaitu :
1. The native mission churchs,gereja misionaris pribumi. Secara resmi gereja ini diakui sebagai gereja Ortodo, tetapi banyak mengandung interprestasi kembali terhadap dogma dan ritual Kristen.
2. Separatist churchs, gereja separatis yang memisah dari gereja pribumi dan lebih banyak berangkat dari dogma Kristen,
3. New cults, kultus kultus baru yang dikembangkan oleh nabi-nabi baru yang tidak mengakui lagi sebagai Kristen walaupun biasanya juga menyajikan ajaran Kristen yang telah banyak diinterprestasikan dan dipengruhi oleh pola-pola traditional. Gereja separatis contohnya “Cristian Catholic Apostolic Nazareth Church of South Africa,” “Sun Light Four Corners Apostolic for Witness of God Jehovah,” dan lain banyak lagi.
Di Jepang, Negara Asia yang termaju dari segi ilmu dan teknologi, kecenderungan umum ialah larinya orang jrpang dari agama resmi (organized religions), seperti Kristen, Shinto dan Buddha keratusan sekte agama baru. Tidak kurang 150 sekte agama aktif berkembang di Jepang dan juga meluas sampai ke luar negeri. Walaupun sekte-sekte tersebut mendakwakan dirinya sebagai agama baru, secara umum tidak banyak hal yang baru dari agama tradisional yang mereka perkenalkan, dan banyak pula yang merupakan gabungan dari agama-agama terdahulu. Salah satu ketertarikan orang Jepang kepada agama baru itu adalah pengobatan dan kesembuhan yang mereka janjikan terhadap berbagai penyakit.
Sekte Soka Gakkai yang terbanyak pengikutnya, dari segi teologi tidaklah baru. Ia mengajarkan keyakinan salah satu sekte Buddha yang bernama Nichiren Soshu yang telah dicoba mengembangkan tahun 1920, tetqpi hanya diikuti oleh kira-kira 66.000 orang saja. Soka Gakkai berkembang pesat karena ditambah dengan kepercayaan pengobatan. Walaupun Jepang Negara yang paling maju ilmu kedokterannya, tetapi janji pengobatan alternatif terhadap penyakit yang tidak dapat diobati secara medis dianggap ikut menjadikan sekte ini berkembang pesat dewasa ini..
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pesatnya perkembangan agama baru karena sasaran dakwahnya lebih ditujukan kekalangan masyarakat kelas bawah secara sosial ekonomi, seperti buruh pabrik dan kalangan yang tidak berpendidikan tinggi, sehingga dogma agama baru ini cocok untuk mereka. Pengikut mendapatkan kepuasan psikologis dan sosiologis yang tidak bisa didapatkan dalam kehidupan masyarakat Jepang modern yang makin individualis dan materialis. Sekte-sekte baru memberikan tawaran unggulan berupa struktur organisasi seperti aktif dalam klub olahraga, kelompok-kelompok kesenian, pendidikan dan politik dengan nuansa simpati dan kehangatan kasih.
Komentar
Posting Komentar