berbagai tangapan masyarakat terhadap dakwah para ulama
Sudah dapat dibayangkan betapa beragamnya prilaku masyarakat mengikuti dakwah, sesuai dengan beragamnya pola, tujuan, tempat, waktu dan pelaku atau pelaksanaa dakwah itu sendiri. Di antaranya adalah:
1. Harapan Yang Muluk-muluk Kepada Da’i
Saya pernah memotong pembicaraan dan menyampaikan pandangan kepada seorang pimpinan pesantren yang mengkritisi ustad-ustad di daerahnya yang katanya tidak bisa bicara soal macam-macam bidang yang di inginkannya, ketika diundang memberi ceramah di lembaga pendidikan yang dikelolanya. Kelihatannya pimpinan itu mengharapkan agar ustad itu sebagai fakar atau ahli dalam berbagai bidang padahal mereka berada di pedesaan yang kualitas dan kuantitas ustad di daerah itu sangat terbatas. Saya mengatakan jika ingin membicarakan ekonomi Islam secara ilmiah, silakan cari pakarnya di berbagai perguruan tinggi, tidak munggkin kita mengharapkan semua ustad atau da’i kita sebagai pakar dalam bidang ilmu-ilmu tertentu. Jangan paksakan semua ustad atau da’i harus serba tahu.
2. Tidak Percaya Kepada Ahlinya.
Saya menemukan masyarakat yang tidak percaya atau tidak mau percaya kepada ustad atau ulama karena tidak sesuai dengan kriteria yang tertanam di dalam hatinya. Saya tidak tahu kriteria itu darimana sumbernya dan bagaimana mempertanggung jawabkannya. Kriteria itu antara lain memakai jenggot, tidak mau melakukan suatu ibadat yang tidak dilakukan Nabi, ingin menjalankan agama sesuai dengan pengamalan Nabi dst. Mereka percaya kepada ustad-ustad tertentu, tidak mau melibatkan diri dalam pengajian-pengajian umum, dan cendrung tertutup menerima pendapat. Mereka ingin dalil-dalil agama berdasarkan apa yang dilakukan oleh Nabi.
Saya pernah secara tidak sengaja berdebat kecil terhadap penganut paham seperti ini. Pendirian mereka yang dapat saya tangkap ketika itu adalah Mereka tidak yakin memperoleh kebenaran dari orang yang tidak mengamalkan agama sesuai dengan yang mereka bayangkan. Pengamalan agama yang mereka bayangkan seperti pengamalan Nabi SAW. Perdebatan itu memang tidak bisa berlanjut karena berbeda secara kontras dalam hal mencari pemahaman tentang kebenaran. Saya mengatakan pemahaman agama dipelajari dari ahli agama, dan ahli agama itu banyak dan beragam bidang keahliannya. Teman kita itu berpendapat ahli agama itu adalah ahli ibadat sesuai dengan ciri-ciri yang diinginkannya. Di sini nampaknya terjadi pemisahan bagi mereka antara ahli agama dengan ahli ibadat. Mereka menemukan bahwa ahli ibadat yang mereka lihat dan dengar itu memang ahli agama. Sedang ahli agama yang mereka dengar, tidak atau belum mereka lihat sebagai ahli ibadat. Bukankah di sini terdapat ruang diskusi, dialog, debat dan studi yang panjang? Tetapi ruang itu tidak terbuka dan dibuka dengan jujur dan ikhlas. Saya hanya bernasehat hati-hati jangan sampai menyalahkan yang benar atau membenarkan yang salah. Pahami ajaran Islam dengan jujur, ikhlas dan sungguh-sunguh dan amalkan dengan penuh tanggug jawab.
3. Antara Motif Agama dan Selera
Pada dasarnya kegiatan dakwah yang diadakan oleh masyarakat, apakah namanya Peringatan Hari-hari Besar Islam, Tabligh Akbar, Halal bi Halal dan lainnya, bertujuan untuk syiar Islam. Dengan berbagai acara yang diatur, diharapkan agar masyarakat memperoleh pemahaman, perhatian dan tanggung jawab yang baik dan lebih baik terhadap ajaran Islam. karena dimaknai sebagai syiar, acara itu dirancang agar dihadiri oleh orang banyak, harus menarik, dan bila perlu ada hiburan, tersedia makanan, da’i atau ustadnya harus memenuhi selera pengundang dan macam-macam harapan lainnya.
Saya pernah berada di suatu daerah yang perhatiannya terhadap agama dan keagamaan cukup bagus. Mereka berharap agar da’i yang diundang ke deaerahnya mempunyai ciri-ciri atau syarat-syarat. Antara lain: bisa melawak atau bersuara keras kepada pemerintah. Fakta seperti ini atau yang mirip dengan ini masih terdapat dimana-mana. Namun saya juga menemukan masyarakat di desa dan di kota yang tidak suka dengan pola-pola yang terkait dengan lawak-lawak tersebut.
B. PENUTUP
Demikian sekilas catatan pengalaman dakwah yang dapat saya sampaikan. Tentu masih banyak sisi-sisi dakwah yang sudah terlaksana atau yang penting dilaksanakan yang belum terungkap di dalam tulisan ini. Demikian juga koreksi dan rekomendasi kepada para da’i yang penting digali untuk memperkuat dan memberhasilkan dakwah itu ditengah masyarakat yang lebih luas dan menyeluruh untuk umat manusia untuk keselamatan hidup di dunia dan kebahagiaan dialam akhirat.
Komentar
Posting Komentar