Yang terlupakan: Salawat Penyebab Utama Cinta
Kata syekh showi dalam tafsir showinya :“dan sesungguhnya para ulama‟ sudah sependapat bahwa sesungguhnya bermacam-macam amal itu ada yang diterima dan ada yang ditolak terkecuali sholawat kepada Nabi saw. Maka sesungguhnya
sholawat kepada
Nabi saw itu “maqbuulatun qothl‟an “(pasti diterima) “Memperbanyak bacaan sholawat suatu tanda golongan / ahli sunnah kata sayyidina „ali zainul „abidin bin husain bin „ali bin abi tholib rodliyallohu anhum :“tanda-tanda ahli sunnah ialah memperbanyak bacaan sholawat kepada kanjeng Nabi sholalloohu„alaihi wa sallam. Menambah rasa cinta kepada Allah swt wa Rasulihi saw.“berkata ai-allamah syamsuddin bin qoyyim dalam kitabnya jalaail afham : sesungguhnya sholawat itu menjadi sebab langsungnya rasa cinta kepada Allah swt wa Rasulihi saw & dapat meningkat berlipat-lipat rasa cintanya. Cinta yang demikian itu menjadi ikatan daripada beberapa ikatannya iman, dimana iman itu tidak bisa sempurna kecuali dengannya. tercetaknya pribadi Rasululloh saw dalam hati orang yang membaca sholawat.Setengah dari pada faedah membaca sholawat yang paling besar adalah tercetaknya shuroh Rasululloh saw di dalam hati si pembaca sholawat. Orang yang ahli sholawat ketika sakaratul maut didatangi oleh beliau saw.“barang siapa keadaan hidupnya memperbanyak sholawat kepada Rasululloh saw, maka ia berhasil mendapat kebahagiaan yang besar sekali, karena ketika sakarotul maut Rasululloh saw datang di hadapannya”. Mudah mimpi ketemu Rasulullooh saw.“sesungguhnya memperbanyak sholawat dengan mernakai redaksi yang mana saja berfaedah bisa bermimpi ketemu Rasululloh saw, dan apabila berhasil dengan sungguh-sungguh memperbanyak serta membiasakan/ melanggengkan, maka pembaca sholawat itu meningkat bisa melihat Rasululloh saw dalam keadaan jaga Untuk menjernihkan hati dan marifat billah.“sesungguhnya membaca sholawat kepada kanjeng Nabi saw itu (dapat) menerangi hati dan mewushulkan tanpa guru kepada Allah swt dzat yang maha mengetahui segala perkara ghaib
daftar BAcaanaqiidatut Tauhiid (hal. 152) oleh Syaikh Shalih bin Fauzan bin „Abdillah al-FauzanImaduddin Abul Fida‟ Isma‟il bin Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (terjemahan), Pentahqiq DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Pustaka Imam Syafi‟i, cet III 1427 H/ 2006 M, Jilid: VI, hal: 519. Abu Tsana‟ Syihabuddin Sayyid Mahmud al-Alusi al-Baghdadi, Ruhul Ma‟ani Fii Tafsiril Qur‟anil „Azhim Was Sab‟u Matsani, Juz XXI hal 590
Komentar
Posting Komentar