(100% mudah) 9 amalan harian Rasulallah Saw di masjid dan diluar masjid
1. Memperbanyak Langkah Menuju Masjid.
Dari Abu Hurairah radhiya Allahu anhu berkata: Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang bersuci di rumahnya, lalu berjalan menuju salah satu rumah dari rumah-rumah Allah, untuk mengerjakan salah satu kewajiban yang telah Allah tetapkan, maka setiap langkah kakinya, salah satunya menghapus dosa, sedangkan yang lain mengangkat derajatnya”.
Diriwayatkan pula dari beliau, dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang pergi menuju masjid, di pagi maupun sore hari, maka Allah akan menyediakan baginya jamuan di surga, setiap kali ia pergi ke masjid”.Berapa banyak pahala yang kau dapat, dan dosa yang dihapus darimu wahai saudaraku, ketika engkau pergi menuju ke masjid lima kali dalam sehari semalam.
Dan seorang Muslim yang paling banyak pahalanya adalah orang yang jaraknya paling jauh dari masjid, saya akan ceritakan kepadamu tentang qabilah Bani Salamah, ketika mereka hendak pindah rumah ke dekat masjid, kabar tersebut sampai kepada Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam, maka beliaupun berkata kepada mereka: “Sesungguhnya aku mendengar kabar, bahwa kalian hendak berpindah menuju ke dekat masjid”, mereka berkata: “Iya wahai Rasulullah, kami memang ingin melakukannya”, beliau pun bersabda: “Wahai Bani Salamah, tetaplah di desa kalian, langkah kalian akan dicatat, tetaplah di desa kalian, langkah kalian akan dicatat – maksudnya: sebagai pahala, pent–
Dari Jabir bin Abdillah radhiya Allahu anhuma ia berkata: “Dahulu rumah kami jauh dari masjid, maka kami pun hendak menjualnya supaya bisa pindah dekat dari masjid, namun Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam melarang kami, beliau bersabda: ‘Sesungguhnya setiap langkah kalian akan mengangkat derajat kalian’”
Hal ini juga ditegaskan oleh perkataan Abu Musa alAsy’ari, bahwa Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang paling besar pahala dalam shalat adalah orang yang paling jauh perjalanannya, dan orang yang menunggu shalat sampai ia selesai mengerjakannya bersama imam, lebih banyak pahalanya dibanding orang yang melaksanakan shalat lalu kemudia tidur”, dalam riwayat lain: “Sampai ia mengerjakannya berjamaah bersama imam”.
2. Kebersihan dan Khusyu Ketika Pergi ke Masjid dan Ketika Shalat.
Agama Islam memerintahkan untuk menjaga kebersihan jasmani dan rohani dalam setiap keadaan, perintah ini lebih ditekankan lagi ketika berkaitan dengan rumah-rumah Allah, Allah tidak hanya memerintahkan kita untuk menjaga kebersihan saja ketika berada di masjid, bahkan Allah juga memerintahkan kita untuk berhias setiap kali ingin ke masjid, Allah ta’ala berfirman:
”Wahai anak Adam, kenakanlah perhiasanmu setiap kali berada di masjid”
Namun sayangnya, sekarang banyak sekali kita dapatkan orang-orang mendatangi masjid, akan tetapi mereka memiliki bau yang buruk, baik karena keringat, minyak, atau bau kaus kaki yang sangat busuk, keadaan seperti ini telah mengubah fungsi masjid dari yang harusnya menjadi rumah Allah yang dibangun semata-mata hanya untuk dijadikan tempat ibadah, ketenangan, dan ketentraman jiwa.
Dan ketahuilah saudaraku, ketika jiwa kita tenang dan tentram, saat itu kita akan merasakan shalat sangat menentramkan jiwa, sebagaimana yang dikatakan oleh Rasul kita shalla Allahu alaihi wa sallam kepada muadzinnya, Bilal radhiya Allahu anhu: “Bangkitlah wahai Bilal, dan tentramkanlah jiwa kami dengan shalat”
Supaya jiwa seseorang siap mengerjakan shalat, Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk mendatangi masjid dalam keadaan tenang dan tentram, dari Abu Hurairah radhiya Allahu anhu dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Apabila kalian mendengar iqamat, maka berjalanlah menuju shalat, hendaknya kalian tentang dan tentram, jangan terburu-buru, jika kalian mendapati imam shalat, maka ikutilah, dan apa yang luput dari kalian, maka sempurnakanlah”.
Seorang yang memperhatikan hadits yang kita sebutkan tadi akan mendapati, bahwa Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam lebih mendahulukan masalah tumakninah (ketenangan) dalam shalat dari pada mendapatkan jamaah, walaupun kita semua tau bahwa mendapatkan jamaah memiliki keutamaan yang sangat agung, khususnya mendapatkan takbiratul ihram.
3. Adzan.
Adzan adalah sebuah pengumuman akan masuknya waktu shalat, ia juga merupakan bukti akan keIslaman suatu kampung, dan bukti tegaknya syiar-syiar Allah. Para muadzin adalah orang yang mengemban amanah untuk menyampaikan waktu masuknya shalat, dengan adzan mereka, seluruh manusia tau bahwa waktu shalat sudah tiba, sehingga orang yang berpuasa bisa berbuka, atau mulai menahan diri dari makan dan minum.
Diantara bukti keutamaan adzan dan orang yang mengumandangkannya adalah hadits yang diriwayatkan dari Muawwiyah radhiya Allahu anhu berkata: aku mendengar Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Para muadzin adalah orang yang paling panjang lehernya pada hari kiamat”3, maka berusahalah untuk menjadi bagian dari mereka wahai saudaraku.
Dan disyariatkan bagi orang yang mendengar adzan untuk mengucapkan do’a yang diriwayatkan dari Jabir radhiya Allahu anhu, bahwa Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan seperti ini ketika mendengar adzan:
ًادومحم ًاماقم هثعباو ةليضفلاو ةليسولا ًادمحم تآ ةمئاقلا ةلاصلاو ةماتلا ةوعدلا هذه بر مهللا هتدعو يذلا
Allahumma rabba hadzihid da’watit taammah, was sholaatil qooimah, aati muhammadanil wasiilata wal fadhilah, wab ‘atshu maqaamam mahmuudanilladzi wa’addatah
”Ya Allah, Tuhan yang memiliki panggilan yang sempurna ini, dan shalat yang ditegakkan, berikanlah Muhammad wasilah dan keutamaan, bangkitkanlah ia di tempat terpuji yang telah Engkau janjikan baginya”
Ia akan mendapat syafaatku pada hari kiamat” dengan do’a ini in syaa Allah ia akan mendapatkan syafaat Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam pada hari kiamat nanti, dan betapa kita membutuhkan orang yang bisa memberi syafaat pada hari itu.
4. Shalat Berjamaah.
Dari Abu Hurairah radhiya Allahu anhu berkata: Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Aku memiliki niatan untuk memerintahkan agar shalat ditegakkan, lalu aku perintahkan seseorang untuk mengimami manusia, kemudian aku akan pergi bersama sekelompok orang yang membawa kayu bakar, menuju kaum yang tidak melaksanakan shalat jamaah, lalu aku bakar rumah-rumah mereka dengan api”2, dalam riwayat yang lain: “Kalau saja bukan karena adanya wanita dan anak-anak di rumah itu”.
Dalil diatas menjelaskan kewajiban shalat bersama jamaah kecuali bagi orang yang memiliki udzur syar’i, seperti sakit yang tidak memungkin seseorang untuk bergerak, safar, atau orang buta yang tidak memiliki orang yang bisa menuntunnya menuju ke masjid, sesuai dengan pendapat yang paling benar dari para ulama.
Saudaraku, cukuplah kau kehilangan pahala yang sangat banyak dengan meninggalkan shalat berjamaah, dari Abdullah bin Umar radhiya Allahu anhuma, bahwa Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Shalat jamaah, lebih utama dibanding shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh kali lipat”.
5. Bersegera Menuju Shalat.
Dari Abu Hurairah radhiya Allahu anhu bahwa Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Jika manusia mengetahui apa yang ada di balik adzan dan shaf pertama, namun mereka tidak mampu mendapatkannya kecuali dengan cara mengundi, maka mereka pasti akan melakukannya, dan jika mereka tau apa yang ada di balik tahjir (bersegera menuju shalat), niscaya mereka akan berlomba-lomba melakukannya”.
Dalam hadits ini terdapat dalil akan keutamaan dan pahala shaf pertama, juga keutamaan bersegera menuju shalat, seakan-akan engkau sedang berlomba untuk mendapat shaf pertama bukan yang lainnya, dalil lain yang menunjukkan akan keutamaan ini adlah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiya Allahu anhu dari Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda: “Sebaik-baiknya shaf bagi laki-laki adalah yang paling pertama, dan yang paling buruk adalah shaf terakhir, dan
sebaik-baik shaf bagi wanita adalah yang terakhir, dan yang paling buruk adalah shaf yang pertama”.
6. Bersegera Untuk Mendatangi Shalat, Khususnya Shalat Jumat.
Saudaraku, engkau pasti mengetahui keutamaan yang dimiliki hari jumat atas hari-hari lainnya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiya Allahu anhu dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam: “Sebaik-baiknya hari yang matahari terbit pada hari itu adalah hari jumat, pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu ia dimasukkan ke dalam surga, dan pada hari itu pula ia dikeluarkan dari surga”, hari jumat merupakan hari raya bagi kami, seluruh kaum Muslimin, Allah sendiri yang telah memilihkannya bagi kami dari pada umat-umat yang lain, bagi orang Yahudi hari sabtu, dan bagi orang Kristen hari minggu (Ahad), Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Allah telah menyimpangkan kaum-kaum sebelum kita dari hari jumat, bagi orang Yahudi hari sabtu, dan bagi orang Kristen hari minggu, lalu Allah mendatangkan kita dan memberi kita petunjuk untuk memperoleh hari jumat, maka Allah menjadikan hari jumat, sabtu, dan minggu, demikianlah umat-umat sebelum kita akan berada di belakang kita pada hari kiamat”.
Allah telah mengkhususkan hari ini dengan shalat jumat yang merupakan event perkumpulan mingguan, kaum Muslimin bertemu satu sama lain untuk mendengarkan khutbah dan nasehat dari khatib, Allah telah menjanjikan pahala yang sangat besar bagi orang yang bersegera mendatangi shalat jumat, Abu Hurairah radhiya Allahu anhu mengetakan bahwa Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang mandi pada hari jumat layaknya mandi junub, kemudian berangkat, maka seakan ia telah berkurban unta, Barangsiapa yang pergi berikutnya, maka seakan ia telah berkurban sapi, Barangsiapa yang pergi setelahnya maka ia seakan berkurban kambing, Barangsiapa yang pergi setelahnya, maka seakan ia telah berkurban ayam, dan Barangsiapa yang pergi setelahnya, maka seakan ia berkurban telur, dan apabila imam telah keluar, para malaikat pun akan ikut hadir untuk mendengarkan khutbah”.
Berkaitan dengan keutamaan hari jumat, Aus atTsaqafi radhiya Allahu anhu meriwayatkan dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam: “Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at dengan mencuci kepala dan anggota badan lainnya, lalu ia pergi di awal waktu atau ia pergi dan mendapati khutbah pertama, lalu ia mendekat pada imam, mendengar khutbah serta diam, maka setiap langkah kakinya terhitung seperti puasa dan shalat setahun”.
Dari Salman alFarisi radhiya Allahu anhu berkata: Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah seseorang mandi pada hari jum’at, membersihkan diri semampunya, memakai minyak rambut atau memakai minyak wangi kemudian keluar menuju shalat jum’at dengan tidak memisahkan antara dua orang (di tempat duduk mereka di dalam masjid), lalu shalat semampunya dan diam ketika imam (khathib) berbicara/berkhutbah kecuali diampuni (dosa) di antara jum’at itu dengan jum’at yang
lainnya”.
6. Sunnah-Sunnah Rawatib.
Ketika kita menyadari, bahwa shalat yang biasa kita lakukan sering kali memiliki kekurangan, baik kekurangan dalam melaksanakan kewajibannya, tidak melaksanakan sunnah-sunnahnya, kekurangan karena gangguan setan, ataupun karena sibuk memikirkan perkara-perkara dunia sehingga kita kehilangan kekhusyuan dalam shalat, oleh karena itu, pahala yang didapat oleh seseorang dalam shalatnya berbeda-beda, bisa bertambah, bisa berkurang, sesuai dengan kadar kekhusyuan dan konsentrasi seseorang dalam shalatnya, juga seberapa persis shalatnya dengan shalat yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shalla Allahu alaihi wa sallam yang mengatakan: “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”, dalil akan hal itu adalah hadits yang diriwayatkan dari Ammar bin Yasir radhiya Allahu anhu bahwa Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya seorang hamba selesai dari shalatnya, namun ia tidak mendapatkan pahala dari shalatnya melainkan hanya setengahnya saja, atau serpertiganya saja”, sampai beliau bersabda: “Atau sepersepuluhnya saja”.
Untuk menutup kekurangan pahala ini, Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam mensyariatkan bagi kita sunnah-sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum, atau setelah shalat, yang bisa menyempurnakan kekurangan seorang Muslim, dan menambah pahalanya, jumlah sunnah rawatib ini ada 12 rakaat sehari semalam, dan dikerkajakan seperti ketentuan berikut:
- Dua rakaat sebelum shalat subuh. Dari Aisyah radhiya Allahu anha berkata: Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Dua rakaat fajar lebih baik dari pada dunia dan seisinya”.
- Empat rakaat sebelum dhuhur dan dua rakaat setelahnya. Berdasarkan hadits Ali radhiya Allahu anhu berkata: “Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam melaksanakan shalat sebelum shalat dhuhur empat rakaat, dan setelahnya dua rakaat”, ada keutamaan tambahan bagi rakaat-rakaat ini, Ummu Habibah radhiya Allahu anha mengatakan, dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam: “Barangsiapa yang shalat
sebelum shalat dhuhur empat rakaat, dan empat rakaat setelahnya, maka Allah akan haramkan dirinya atas api neraka”.
- Dua rakaat setelah maghrib. Aisyah radhiyallah anha mengatakan: “Dahulu Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam shalat maghrib, lalu pulang ke rumahku, dan mengerjakan shalat dua rakaat”.
- Dua rakaat setelah isya, dari Aisyah radhiya Allahu anha mengatakan: “Dahulu Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam melaksanakan shalat dua rakaat setelah isya”.
Ada kelebihan lain, dan pahala yang berlipat ganda bagi sunnah-sunnah ini, karena ia merupakan sebab masuknya seseorang ke dalam surga, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ummu Habibah radhiya Allahu anha: Aku mendengar Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah seorang hamba melaksanakan shalat hanya untuk Allah, setiap hari dua belas rakaat, sunnah selain yang wajib, kecuali Allah akan bangunkan baginya rumah di surga, –atau– akan dibangunkan baginya rumah disurga”.
Begitu juga dengan shalat empat rakaat sebelum asar, diriwayatkan dari Ibnu Umat radhiya Allahu anhuma dari Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Semoga Allah merahmati seseorang yang mengerjakan shalat empat rakaat sebelum asar”.
Jika seorang mengerjakan shalat-shalat lainnya selain shalat-shalat ini, maka itu baik, dan terhitung sebagai amalan yang akan mendekatkan seorang hamba kepada Allah, dan ia akan mendapatkan pahala yang sangat besar dari shalatnya, dari Tsauban radhiya Allahu anhu berkata: Aku pernah bertanya kepada Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam tentang amalan yang paling dicintai oleh Allah, beliau bersabda: “Hendaknya engkau memperbanyak sujud, karena sesunggunya tidaklah kamu melakukan satu sujud kepada Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatmu, dan menghapus dengannya satu dosamu”.
Dan dari Rabiah bin Ka’ab alAslami radhyallahu anhui berkata: Aku pernah bermalam bersama Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam, maka aku pun membawakan baginya air wudhu dan hajatnya, beliau berkata kepadaku: “Mintalah”, aku berkata: “Aku meminta agar aku bisa menemanimu di surga”, beliau berkata: “Atau ada yang
lain?”, aku berkata: “Itu saja”, beliau bersabda: “Maka bantulah aku supaya hal itu terkabul dengan memperbanyak sujud”
Dan tempat terdekat antara seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia sujud, dari Abu Hurairah radhiya Allahu anhu berkata: “Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Kedudukan terdekat antara seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah do’a”
7. Duduk di Masjid antara Dua Shalat.
Hal itu memiliki keutamaan yang sangat besar di sisi Allah, Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Senantiasa seorang hamba dihitung berada di dalam shalat selama ia berada di tempat shalatnya, ia menunggu shalat berikutnya, para malaikat akan berkata: ‘Ya Allah ampunilah dia, ya Allah rahmatilah dia’, sampai hamba tersebut keluar atau berhadats (batal wudhunya)”.
Dan ada banyak hadits-hadits lain yang menjelaskan keutamaan tersebut, diantaranya hadits Abu Hurairah radhiya Allahu bahwa Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Shalat seorang laki-laki dengan berjama’ah dibanding shalatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia berwudlu dengan menyempurnakan wudhunya kemudian dia keluar menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjama’ah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk mendo’akannya selama dia masih berada di tempat shalatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti pelaksanaan shalat”.
Dan dari Abu Hurairah radhiya Allahu anhu dari Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Jika seseorang berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya kemudian berangkat sholat dengan niatan hanya untuk sholat, maka tidak melangkah satu langkah kecuali Allah angkat satu derajat dan hapus satu dosa”5.
Diriwayatkan pula dari beliau radhiya Allahu anhu bahwa Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Maukah kamu sekalian aku tunjukkan sesuatu yang dapat menghapus dosa dan mengangkat derajat?”. Mereka menjawab: “Ya, wahai Rasulullah”. Beliau bersabda: “Menyempurnakan wudhu ketika masa sulit dan
memperbanyak langkah kemasjid serta menunggu shalat satu ke shalat yang lain, karena hal itu adalah ribath”.
Duduk di Masjid Setelah Shalat Subuh dan Shalat Dua Rakaat Setelah Syuruq.
Dari Anas bin Malik radhiya Allahu anhu berkata: Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna”.
8. Shalat Sunnah Dhuha.
Dari Zaid bin Arqam radhiya Allahu anhu berkata: Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam keluar menuju orang-orang di masjid Quba’ dimana mereka sedang melaksanakan shalat. Maka beliau bersabda: “Shalat Awwabiin dilakukan saat anak-anak onta telah kepanasan”3, yang dimaksud dengan shalat Awwabiin adalah shalat dhuha, yang pernah diwasiatkan oleh Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam kepada sahabat beliau Abu Hurairah radhiya Allahu anhu, ia berkata: “Kekasihku telah mewasiatkan kepadaku tiga hal… –salah satunya– shalat dhuha”
Dalil keutamaan shalat sunnah ini, dari Abu Dzar radhyallahu anhu bahwa Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Setiap hari tiap-tiap persendian seseorang dari kalian ada sedekahnya. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah ,setiap takbir adalah sedekah, menyuruh yang ma’ruf adalah sedekah, mencegah yang mungkar adalah sedekah, dan cukup dari itu (semua) dua rakaat Dhuha yang dikerjakannya”.
Bayangkan saja saudaraku, engkau harus mengeluarkan sedekah untuk setiap persendian yang ada di tubuhmu yang jumlahnya sampai 360 persendian!! Bisa jadi kamu tidak bisa mengeluarkan sedekah ini, namun dengan rahmat dan kasih sayang Allah kepada kita, Allah mensyariatkan bagi kita shalat sunnah dhuha yang bisa mewakili seluruh sedekah ini.
9. Shalat Malam.
Diantara shalat-shalat yang paling utama adalah shalat di tengah kegelapan malam, khususnya di sepertiga malam terakhir, dimana pada saat itu ada ketenangan, ketentraman, dan kesucian jiwa, juga kenikmatan bermunajaat kepada Allah, Allah ta’ala telah memuji orang-orang beriman dengan shalat mereka di tengah malam, Allah berfirman:
“Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam, dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar”.
Dia juga merupakan sunnah Nabi kita shalla Allahu alaihi wa sallam yang senantiasa diperintahkan untuk dijaga, Allah ta’ala berfirman:
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan”.
Mengenai keutamaan shalat malam, diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiya Allahu anhu, Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam”.
Rasulu-Allah shalla Allahu alaihi wa sallam juga pernah memuji seorang sahabat bernama Abdullah bin Umar radhiya Allahu anhuma, beliau bersabda: “Sebaik-baiknya orang adalah Abdullah, jika ia senantiasa shalat malam”, dalam riwayat lain beliau bersabda: “Janganlah kau menjadi seperti fulan, ia bangun pada malam hari, namun tidak mengerjakan shalat”.
sumber
islam house
HR Muslim dalam kitab Shalat (440), Abu Daud (678), dan Nasai (894).
HR Muslim dalam kitab Shalat (854) dan Nasai (1663).
HR Bukhari dalam kitab Shalat (856), Nasai (1652), dan Ibnu Majah (1083).
HR Bukhari dalam kitab Jumat (881), Muslim (850), dan Abu Daud dalam kitab Thaharah (351).
Hadits shahih, HR Ahmad (16261), Abu Daud dalam kitab Thaharah (245), Tirmidzi dalam kitab Shalat (496), Nasai dalam kitab Jumat (1381), dan Ibnu Majah dalam ktiab shalat (1087).
SIMAK VIDIO TERBAIK USTAD SOMAD
Komentar
Posting Komentar